Pengertian Bahasa
Secara umum bahasa dapat didefinisikan sebagai lambing. Pengertian lain
dari bahasa adalah alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat ucap pada
manusia. Perlu kita ketahui bahwa bahasa terdiri dari kata-kata atau
kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu hubungan abstrak
antara kata sebagai lambing dengan objek atau konsep yang diwakili
kumpulan kata atau kosakata itu. Pada waktu kita berbicara atau menulis,
kata-kata yang kita ucapkan atau kita tulis tidak tersusun begitu saja,
melainkan mengikuti aturan yang ada. Untuk mengungkapkan
gagasan,pikiran atau perasaan kita harus memiliki kata-kata yang tepat
barulah kita mulai menyusunnya.
Selanjutnya yang berhubungan dengan bahasa adalah fonologi, morfologi,
sintaksis, semantic dan etimologi. Pengertian dari fnologi adalah bagian
tata bahasa yang membahas atau mempelajari bunyi bahasa. Morfologi
mempelajari proses pembentukan kata secara gramatikal beserta
unsure-unsur dan bentuk-bentuk kata. Sintaksis membicarakan
komponen-komponen kalimat dan proses pembentukannya. Bidang ilmu bahasa
yang secara khusus menganalisis arti kata atau makna kata ialah semantic
lalu yang membahas asal-usul bentuk kata adalah etimologi.
Bahasapun empunyai beberapa pengertian yang didefinisikan oleh para
ahli, berikut ini mengenai penjelasan mpengertian dari beberapa ahli
mengenai bahasa.
• Jalaludin Rahmat
melihat bahasa dari dua sisi yaitu sisi formal dan fungsional. Secara
formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang
dibuat menurut tatabahasa. Sedangkan secara fungsional, bahasa diartikan
sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan.
Definisi yang diajukan Rakhmat ini tampak mencoba merangkum pengertian
umum dengan pendapat linguis. Istilah sisi formal yang dikemukakan
Rakhmat mirip dengan istilah sistem, sedangkan sisi fungsional sejalan
dengan bahasa sebagai alat komunikasi.
• Plato
Pernyataan pikiran seseorang dengan perantara onomata dan rhemata yang
merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara melalui mulut.
• Carrol
Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan
bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat
digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan
yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda,
peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia.
Munculnya “Bahasa Gaul” Di Kalangan Masyarakat (Remaja)
Salah satu dampak
dari pembangunan dan perkembangan jaman adalah modernisasi, di mana
segala hal yang ada di lingkungan kita harus selalu ter up-to date.
Dampak dari modernisasi yang paling terlihat adalah gaya hidup, seperti
cara berpakaian, cara belajar, aplikasi teknologi yang makin maju maupun
cara bertutur kata (pemakaian bahasa). Dilihat dari cara bertutur kata
atau dalam pemakaian bahasa, dewasa ini munculnya “Bahasa Gaul” sangat
fenomenal terutama terlihat pada kalangan masyarakat (remaja) khususnya
yang ingin diakui sebagai remaja jaman sekarang yang gaul, funky, dan
keren. Kemunculan bahasa gaul ini dapat menggeser penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Dalam sebuah milis (2006) disebutkan bahwa bahasa gaul memiliki sejarah
sebelum penggunaannya populer seperti sekarang ini. Berikut ini
merupakan sejarah bahasa gaul tersebut, antara lain yaitu :
1. Nih Yee
Ucapan ini terkenal di tahun 1980-an, tepatnya November 1985. pertama
kali yang mengucapkan kata tersebut adalah seorang pelawak bernama
Diran. Selanjutnya dijadikan bahan lelucon oleh Euis Darliah dan popular
hingga saat ini.
2. Memble dan Kece
Dalam milis tersebut dinyatakan bahwa kata memble dan kece merupakan
kata-kata ciptaan khas Jaja Mihardja. Pada tahun 1986, muncul sebuah
film berjudul Memble tapi Kece yang diperankan oleh Jaja Mihardja
ditemani oleh Dorce Gamalama.
3. Boo
Kata ini popular pada pertengahan awal 1990-an. Penutur pertama kata
Boo…adalah grup GSP yang beranggotakan Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan.
Kemudian kata-kata dilanjutkan oleh Lenong Rumpi dan menjadi popular di
lingkungan pergaulan kalangan artis. Salah seorang artis bernama Titi
DJ kemudian disebut sebagai artis yang benar-benar mempopulerkan kata
ini.
4. Nek
Setelah kata Boo… populer, tak lama kemudian muncul kata-kata Nek… yang
dipopulerkan anak-anak SMA di pertengahan 90-an. Kata Nek… pertama kali
di ucapkan oleh Budi Hartadi seorang remaja di kawasan kebayoran yang
tinggal bersama neneknya. Oleh karena itu, lelaki yang latah tersebut
sering mengucapkan kata Nek…
5. Jayus
Di akhir dekade 90-an dan di awal abad 21, ucapan jayus sangat popular.
Kata ini dapat berarti sebagai ‘lawakan yang tidak lucu’, atau ‘tingkah
laku yang disengaca untuk menarik perhatian, tetapi justru membosankan’.
Kelompomk yang pertama kali mengucapkan kata ini adalah kelompok anak
SMU yang bergaul di kitaran Kemang.
Asal mula kata ini
dari Herman Setiabudhi. Dirinya dipanggil oleh teman-temannya Jayus.
Hal ini karena ayahnya bernama Jayus Kelana, seorang pelukis di kawasan
Blok M. Herman atau Jayus selalu melakukan hal-hal yang aneh-aneh dengan
maksud mencari perhatian, tetapi justru menjadikan bosan
teman-temannya. Salah satu temannya bernama Sonny Hassan atau Oni Acan
sering memberi komentar jayus kepada Herman. Ucapan Oni Acan inilah yang
kemudian diikuti teman-temannya di daerah Sajam, Kemang lalu kemudian
merambat populer di lingkungan anak-anak SMU sekitar.
6. Jaim
Ucapan jaim ini di populerkan oleh Bapak Drs. Sutoko Purwosasmito,
seorang pejabat di sebuah departemen, yang selalu mengucapkan kepada
anak buahnya untuk menjaga tingkah laku atau menjaga image.
7. GituLoh…(GL)
Kata GL pertama kali diucapin oleh Gina Natasha seorang remaja SMP di
kawasan Kebayoran. Gina mempunyai seorang kakak bernama Ronny Baskara
seorang pekerja event organizer. Sedangkan Ronny punya teman kantor
bernama Siska Utami. Suatu hari Siska bertandang ke rumah Ronny. Ketika
dia bertemu Gina, Siska bertanya dimana kakaknya, lantas Gina ngejawab
di kamar, Gitu Loh. Esoknya si Siska di kantor ikut-ikutan latah dia
ngucapin kata Gitu Loh…di tiap akhir pembicaraan.
- “Bahasa Gaul” Di Kalangan Remaja
Bahasa gaul adalah dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan oleh
komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan (KBBI, 2008:
116). Bahasa gaul identik dengan bahasa percakapan (lisan). Bahasa gaul
muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya penggunaan teknologi
komunikasi dan situs-situs jejaring sosial.
Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara
remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja
memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana
komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal
yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain
tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja
memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan
kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk
membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia
(Sumarsana dan Partana, 2002:150).
Menurut Owen (dalam Papalia: 2004) remaja mulai peka dengan kata-kata
yang memiliki makna ganda. Mereka menyukai penggunaan metafora, ironi,
dan bermain dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat, bahkan
perasaan mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapan-ungkapan baru
yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak
dikenal dengan istilah “Bahasa Gaul” atau Bahasa Alay.”
Indra Sarathan, dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Sastra Universitas Padjadjaran berpendapat, munculnya fenomena bahasa
alay di kalangan generasi muda adalah sebuah bentuk pemberontakan.
Pemberontakan hanya akan terjadi jika ada sesuatu yang salah. Lalu apa
yang salah ? “Bukan karena bahasa Indonesia yang kaku, melainkan metode
pembelajaran di kelas yang mungkin kaku. Padahal tata bahasa Indonesia
termasuk yang fleksibel dan mudah dipelajari,” ujarnya.
Sobana Hardjasaputra dalam sebuah tulisannya yang berjudul “Bahasa
Nasional yang Belum Menasional” menyebutkan sejumlah hal yang
menyebabkan bahasa Indonesia bisa semakin “tidak menasional”, di
antaranya pengaruh bahasa media massa dan “bahasa gaul” bagi kalangan
remaja. Oleh karena terbiasa menggunakan “Bahasa Gaul”, dalam
pembicaraan formal pun para remaja lupa untuk berbicara dalam bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Inilah yang gawat. Selain itu, pengaruh
budaya Barat yang sulit dibendung, akibat perkembangan teknologi juga
akan berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang semakin tidak
merakyat.
- Pengaruh Media Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia
Menjamurnya internet dan situs-situs jejaring sosial juga berdampak
signifikan terhadap perkembangan bahasa gaul. Penikmat situs-situs
jejaring sosial yang kebanyakan adalah remaja, menjadi agen dalam
menyebarkan pertukaran bahasa gaul. Tulisan seorang remaja di situs
jejaring sosial yang menggunakan bahasa ini, akan dilihat dan bisa jadi
ditiru oleh ribuan remaja lain.
Bila ditelusuri, bahasa gaul juga muncul di kalangan anak sekolah dasar
karena pengaruh lingkungan. Umumnya mereka menyerap dari percakapan
orang-orang dewasa di sekitarnya. Atau meniru dari media massa, semisal
dari adegan percakapan di televisi maupun mengikuti tren bahasa gaul di
media cetak. Yang pasti, bahasa gaul akan selalu muncul dan berkembang
sesuai zaman masing-masing. Beberapa tahun lalu, istilah “memble aje”
atau “Biarin, yang penting kece” sempat ngetren. Istilah-istilah
tersebut lantas tenggelam dengan sendirinya, tergantikan oleh istilah
lain. Di antaranya, “so what gitu loh”, “jayus”, dan “Kesian deh lo!”
Mengapa anak usia SD? Tak lain karena dorongan untuk meniru lingkungan
amat kuat dalam diri anak usia sekolah dasar. Ini merupakan tanda bahwa
mereka tengah berusaha untuk beradaptasi dan bersosialisasi dengan
lingkungannya. Tak heran kalau ada temannya yang menggunakan bahasa gaul
sebagai bahasa sehari-hari biasanya ia juga akan menggunakan bahasa
yang sama saat berkomunikasi dengan teman-temannya.
Untuk itu perlu dipahami bahwa menyerap bahasa gaul yang tengah menjadi
tren merupakan bagian dari konformitas terhadap lingkungan. Pahami pula
jika hal ini merupakan salah satu tahapan perkembangan kepribadian anak
usia sekolah. Yang dimaksud konformitas adalah meleburkan diri pada
lingkungan agar mendapat pengakuan. Dalam perkembangan sosial anak usia
SD, konformitas memang amat diperlukan karena akan meningkatkan self
esteem (harga diri) anak. Jadi, biarkan saja anak ikut tren yang memang
diperlukan bagi perkembangan sosialnya. Yang harus diajarkan pada anak
adalah soal penempatan, dalam arti kapan dan kepada siapa bahasa
tersebut boleh digunakan.
- Struktur Dalam Pemakaian “Bahasa Gaul”
Pada dasarnya
ragam bahasa gaul remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan
kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang
agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya
dengan kata yang lebih pendek. Kalimat-kalimat yang digunakan
kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga banyak
digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek sehingga
seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Hal itu dapat
dilihat dari :
• Pengunaan awalan e
Kata emang itu bentukan dari kata memang yang disisipkan bunyi e. Disini
jelas terlihat terjadi pemendekan kata berupa mengilangkan huruf depan
(m). Sehingga terjadi perbedaan saat melafalkan kata tersebut dan
merancu dari kata aslinya.
• Kombinasi k, a, g
Kata kagak bentukan dari kata tidak yang bunyinya tid diganti kag. Huruf
konsonan pada kata pertama diganti dengan k huruf vocal i diganti a.
Huruf konsonan kedua diganti g. sehingga kata tidak menjadi kagak.
• Sisipan e
Kata temen merupakan bentukan dari kata teman yang huruf vocal a menjadi
e. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan pelafalan.
Contoh lain yang merupakan jenis-jenis padanan kata yang ada dalam kamus alay:
• Barang abal yang dipamerin ketemen terus dia ngaku beli di singapore.
amrik . dan sbgainya. “eh liat nih gue beli gelang dijerman gituloh asli
kalo ga salah sih dirupiahin 500 ribu ya.” padahal dia beli di itc
aja!! yang 10 ribu 5 hahaha.
• Tulisan gede-kecil. “aLoW kLiAnZ hArUz ADd GwE YaH!!” atau dengan a ngggka “K4Ng3nZ dWEcChh” NNNNNZZZZZ
- minta di add di shotout, “j9n lupa ett ghw”
-gaya dengan bibir monyong, telunjuk nempel bibir, gaya tangan dengan oke dipinggir kepala dan foto dari atas
-.nge post bulbo cuma buat kasih tau dia lagi online & minta comment.
- iya : ia
- kamu: kamuh,kammo,kamoh,kamuwh,kamyu,qamu,etc
- aku : akyu,aq,akko,akkoh,aquwh,etc
- maaf: mu’uph,muphs,maav,etc
- sorry: cowyie,cory,tory(?),etc
- add : ett,etths,aad,edd,etc
- for : vo,fur(zz),pols,etc
- lagi : agi,agy
- makan: mums,mu’umhs,etc
- lucu : lutchuw,uchul,luthu,etc
- siapa: cppa,cp,ciuppu,siappva,etc
- apa : uppu,apva,aps,etc
- narsis: narciezt,narciest,etc
• Tulisannya gede kecil dan pake angka (idihh) sebenarnya masih banyak
kata-kata atau frase yang belum aku tuliskan, paling tidak contoh diatas
itu membuktikan bahwa memang adanya kata-kata alay.
- Peran Variasi Bahasa dan Penggunaannya
Variasi bahasa
terjadi akibat adanya keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat
luas. Penggunaan variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya
(diglosia), yaitu antara bahasa resmi atau bahasa tidak resmi. Variasi
bahasa tinggi (resmi) digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato
kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, khotbah, suat menyurat resmi,
dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus dipelajari melalui
pendidikan formal di sekolah-sekolah. Sedangkan variasi bahasa rendah
digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung,
di jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri.
Variasi bahasa ini dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum, dan
tidak pernah dalam pendidikan formal.
- Menjunjung Tinggi Bahasa Indonesia di Negeri Sendiri
Sebenarnya apabila
kita mendalami bahasa menurut fungsinya yaitu sebagai bahasa nasional
dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan
utama di negara Republik Indonesia. Bahasa daerah yang berada dalam
wilayah republik bertugas sebagai penunjang bahasa nasional, sumber
bahan pengembangan bahasa nasional, dan bahasa pengantar pembantu pada
tingkat permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar
pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi,
bahasa-bahasa daerah ini secara sosial politik merupakan bahasa kedua.
Selain bahasa daerah, bahasa-bahasa lain seperti bahasa Cina, bahasa
Inggris, bahasa Arab, bahasa Belanda, bahasa Jerman, dan bahasa Perancis
berkedudukan sebagai bahasa asing. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa
asing, bahasa-bahasa terebut bertugas sebagai sarana perhubungan
antarbangsa, sarana pembantu pengembangan bahasa Indonesia, dan alat
untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern bagi
kepentingan pembangunan nasional. Jadi, bahasa-bahasa asing ini
merupakan bahasa ketiga di dalam wilayah negara Republik Indonesia.
No comments:
Post a Comment