BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari
interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari
kata Yunani oikos atau habitat dan logos atau ilmu. Ekologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup
maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi
pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1834 hingga 1914.
Dasarnya dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem
dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari
pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik
dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan
topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari
manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan
ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan
kesatuan.
Ilmu ekologi juga memiliki
asas-asas. Asas-asas dalam ilmu ekologi tersebut merupakan asas-asas dasar
dalam ilmu ekologi yang isinya tentang kondisi ekologi dialam ini. Karena sifat
ilmu ekologi yang masih sangat luas, maka ekologi mempunyai beberapa cabang ilmu
yang lebih fokus.
1.2
Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang ada salah
satunya yaitu adalah, bagaimana bentuk asas asas lingkungan yang ada. Masalah
lainnya yaitu adalah bagaimana menerapkan asas asas lingkungan yang ada kedalam
permasalahan kehidupan lingkungan yang ada.
1.3
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dibuat agar
pembahasan yang dilakukan tidak menyimpang jauh dari permasalahan yang ada.
Berikut merupakan batasan masalah yang ada.
1. Membahas mengenai asas asas
lingkungan yang berhubungan dengan sumber daya alam.
2. Membahas asas asas yang berhubungan
dengan populasi.
1.4
Tujuan Penulisan
Penulisan tentang asas asas pengetahuan lingkungan memiliki
beberapa tujuan dilakukannya penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan yang
ada.
1. Mengetahui asas asas lingkungan yang
berhubungan dengan sumber daya alam.
2. Mengetahui pembagian pembagian dari
sumber daya alam.
3. Mengetahui asas asas yang
berhubungan dengan populasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi dan Ilmu Lingkungan
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara organisme-organisme hidup dengan lingkungannya. Berasal dari kata Yunani
oikos (“habitat”) dan logos (“ilmu”). Sangat diperhatikan dengan hubungan
energi dan menemukannya kembali kepada matahari kita yang merupakan sumber
energi yang digunakan dalam fotosintesis
Habitat (berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti
menempati) adalah tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya,
habitat adalah lingkungan paling tidak lingkungan fisiknya—di sekeliling
populasi suatu spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies
tersebut. Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik
yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies,
atau komunitas.
Dalam ilmu ekologi, bila pada suatu tempat yang sama hidup
berbagai kelompok spesies (mereka berbagi habitat yang sama) maka habitat
tersebut disebut sebagai biotop. Bioma adalah sekelompok tumbuhan dan hewan
yang tinggal di suatu habitat pada suatu lokasi geografis tertentu.
Pembagian
Ekologi Menurut
Habitatnya:
Ekologi
perairan tawar
Ekologi
laut
Ekologi
darat
Menurut
garis Taxonomi:
Ekologi
tumbuhan
Ekologi
vertebrata
Ekologi
serangga
Ekologi
jasad renik
Ekologi adalah dasar pokok ilmu
lingkungan.
Inti permasalahan lingkungan hidup pada hakekatnya adalah
ekologi yakni hubungan makluk hidup, khususnya manusia dengan
lingkunganya. Komponen- komponen tersebut berada pada suatu tempat dan
berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu
ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton
yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen
abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.
Ilmu Lingkungan
Ilmu lingkungan adalah ekologi yang menerapkan berbagai azas
dan konsepnya kepada masalah yang lebih luas,yang menyangkut pula hubungan
manusia dengan lingkungannya. Ilmu Lingkungan adalah ekologi terapan. Ilmu
lingkungan ini mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik anatara jasad hidup (termasuk manusia) dengan dengan lingkungannya.
Ilmu lingkungan (environmental science atau envirology)
adalah ilmu yang mempelajari tentang lingkungan hidup. Ilmu Lingkungan adalah
suatu studi yang sistematis mengenai lingkungan hidup dan kedudukan manusia
yang pantas di dalamnya. Perbedaan utama ilmu lingkungan dan ekologi adalah
dengan adanya misi untuk mencari pengetahuan yang arif, tepat (valid),
baru, dan menyeluruh tentang alam sekitar, dan dampak perlakuan manusia
terhadap alam. Misi tersebut adalah untuk menimbulkan kesadaran, penghargaan,
tanggung jawab, dan keberpihakan terhadap manusia dan lingkungan hidup secara
menyeluruh.
Ilmu lingkungan merupakan perpaduan konsep dan asas berbagai
ilmu (terutama ekologi, ilmu lainnya: biologi, biokimia, hidrologi,
oceanografi, meteorologi, ilmu tanah, geografi, demografi, ekonomi dan
sebagainya), yang bertujuan untuk mempelajari dan memecahkan masalah yang
menyangkut hubungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Ilmu lingkungan
merupakan penjabaran atau terapan dari ekologi.
Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang
mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari jasad hidup (termasuk manusia)
dengan lingkungannya, antara lain dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan,
pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan sebagai suatu poros, tempat
berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling terkait satu sama lain untuk
mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup dengan lingkungannya.
Asas di dalam suatu ilmu pada dasarnya merupakan
penyamarataan kesimpulan secara umum, yang kemudian digunakan sebagai landasan
untuk menguraikan gejala (fenomena) dan situasi yang lebih spesifik. Asas dapat
terjadi melalui suatu penggunaan dan pengujian metodologi secara terus
menerus dan matang, sehingga diakui kebenarannya oleh ilmuwan secara meluas.
Tetapi ada pula asas yang hanya diakui oleh segolongan ilmuwan tertentu saja,
karena asas ini hanya merupakan penyamarataan secara empiris saja dan hanya
benar pada situasi dan kondisi yang lebih terbatas, sehingga terkadang asas ini
menjadi bahan pertentangan. Namun demikian sebaliknya apabila suatu asas sudah
diuji berkali-kali dan hasilnya terus dapat dipertahankan, maka asas ini dapat
berubah statusnya menjadi hukum. Begitu pula apabila asas yang mentah dan masih
berupa dugaan ilmiah seorang peneliti, biasa disebut hipotesis Hipotesis ini
dapat menjadi asas apabila diuji secara terus menerus sehingga memperoleh
kesimpulan adanya kebenaran yang dapat diterapkan secara umum. Untuk
mendapatkan asas baru dengan cara pengujian hipotesis ini disebut cara induksi
dan kebanyakan dipergunakan dalam bidang-bidang biologi, kimia dan
fisika. Disini metode pengumpulan data melalui beberapa percobaaan
yang relatif terbatas untuk membuat kesimpulan yang menyeluruh. Sebaliknya cara
lain yaitu dengan cara deduksi dengan menggunakan kesimpulan umum untuk
menerangkan kejadian yang spesifik. Asas baru juga dapat diperoleh dengan cara
simulasi komputer dan penggunaan model matematika untuk mendapatkan semacam
tiruan keadaan di alam (mimik).
Cara lain juga dapat diperoleh dengan metode perbandingan misalnya dengan
membandingkan antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Cara-cara untuk
mendapatkan asas tersebut dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya.
Asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan
sebagai landasan yang kokoh dan kuat untuk mendapatkan hasil, teori dan model
seperti pada ilmu lingkungan. Untuk menyajikan asas dasar ini dilakukan
dengan mengemukakan kerangka teorinya terlebih dahulu, kemudian setelah
dipahami pola dan organisasi pemikirannya baru dikemukakan fakta-fakta yang
mendukung dan didukung, sehingga asas-asas disini sebenarnya merupakan satu
kesatuan yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain (sesuai
dengan urutan logikanya).
ASAS 1 (HUKUM THERMODINAMIKA I)
Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi
atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan.
Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak dapat
hilang, dihancurkan atau diciptakan.
Asas ini adalah sebenarnya serupa dengan hokum
Thermodinamika I, yang sangat fundamental dalam fisika. Asas ini dikenal
sebagai hukum konservasi energi dalam persamaan matematika.
Contoh:
Banyaknya
kalori, energi yang terbuang dalam bentuk makanan diubah oleh jasad hidup
menjadi energi untuk tumbuh, berbiak, menjalankan proses metabolisme, dan yang
terbuang sebagai panas.
Jumlah
energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa
materi.
Jumlah
energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa
tenaga atau panas.
Asas 1 ini disebut juga dengan hukum konservasi energi,
dalam ilmu fisika sering disebut sebagai hukum termodinamika pertama. Asas ini
menerangkan bahwa energi dapat diubah, dan energi yang memasuki jasad hidup,
populasi ataupun ekosistem dianggap sebagai energi yang tersimpan ataupun yang
terlepaskan, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem kehidupan sebagai pengubah
energi. Dengan demikian dalam sistem kehidupan dapat ditemukan berbagai
strategi untuk mentransformasi energi, maka dibutuhkan “pembukuan masukan dan
keluaran kalori dalam sistem kehidupan” Contohnya makanan yang dimakan
oleh hewan.
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa ternyata energi ada
yang dapat dimanfaatkan dan ada pula yang terbuang dan hal ini spesifik untuk
masing-masing spesies hewan tergantung bagaimana kemampuan dan strategi hewan
tersebut untuk melawan alam lingkungannya. Keberhasilan dalam melawan
lingkungan dapat diukur dengan peningkatan jumlah
populasinya.
ASAS
2
Tak
ada system pengubahan energi yang betul- betul efisien.
Pengertian:
Asas ini tak lain adalah hokum Thermodinamika II, Ini
berarti energi yang tak pernah hilang dari alam raya, tetapi energi tersebut
akan terus diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat.
Asas ini sama dengan hukum termodinamika kedua dalam
ilmu fisika. Hal ini berarti meskipun energi itu tidak pernah hilang, namun
demikian energi tersebut akan diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat.
Secara keseluruhan energi di planet kita ini terdegradasi dalam bentuk panas
tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke angkasa.
Dalam sistem biologi, energi yang dimanfaatkan baik oleh
jasad hidup, populasi maupun ekosistem kurang efisien, karena masukan energi
dapat dipindahkan dan digunakan oleh organisme hidup yang lain. Contohnya
pada piramida makanan, tingkatan konsumen yang paling bawah mendapatkan asupan
energi yang banyak, sebaliknya konsumen paling atas hanya mendapatkan
sedikit, disamping itu pada setiap tingkatanpun energi tidak dimanfaatkan
secara efisien (banyak terbuang).
Energi yang dapat dimanfaatkan oleh kita seperti tumbuhan,
hewan, ikan dsb., itu termasuk kategori sumber alam, namun demikian apakah
sumber alam ini dapat diukur manfaatnya dan apa batasan sumber alam tersebut?.
Sumber alam adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh
organisme hidup, populasi, atau ekosistem yang pengadaannya hingga ke tingkat
optimum atau mencukupi, sehingga akan meningkatkan daya pengubahan energi.
ASAS
3
Materi,
energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman, termasuk kategori sumberdaya alam.
Pengertian:
Pengubahan energi oleh system biologi harus Berlangsung pada
kecepatan yang sebanding dengan adanya materi dan energi di lingkungannya.
Pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan materi dan energi sebagai
sumber alam.
Contoh:
Ruang
yang sempit: dpt mengganggu proses pembiakan organisme dg kepadatan tinggi.
Ruang
yang terlalu luas: jarak antar individu dalam
populasi semakin jauh, kesempatan bertemu antara jantan dan betina semakin
kecil sehingga pembiakan akan terganggu.
Jauh
dekatnya jarak sumber makanan akan berpengaruh terhadap perkembangan populasi.
Waktu sebagai sumber alam tidak merupakan besaran yang
berdiri sendiri. Misal hewan mamalia dipadang pasir, pada musim kering tiba
persediaan air habis di lingkungannya, maka harus berpindah kelokasi yang ada
sumber airnya. Berhasil atau tidaknya hewan bermigrasi tergantung pada adanya
cukup waktu dan energi untuk menempuh jarak lokasi sumber air.
Keaneka-ragaman
juga merupakan sumberdaya alam. Semakin beragam jenis makanan suatu spesies
semakin kurang bahayanya apabila menghadapi perubahan lingkungan yang
dapat memusnahkan sumber makanannya.
Materi dan energi sudah jelas termasuk kedalam sumber alam.
Ruang yang dimanfaatkan oleh organisme hidup untuk hidup, berkembang biak dsb.
dapat dianalogkan dengan materi dan energi, karena dibutuhkan, sehingga secara
asas termasuk katagori sumber alam. Begitu pula dengan waktu, meskipun tidak
dapat berdiri sendiri, namun termasuk kategori sumber alam, karena berapa waktu
yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk mendapatkan makanan. Keanekaragaman
juga termasuk ke dalam kategori sumber alam, karena apabila suatu spesies hanya
memakan satu spesies saja akan mudah terancam punah, namun apabila makanannya
beranekaragam dia akan mampu “survive”.
Asas
3 ini mempunyai implikasi yang penting bagi kehidupan manusia untuk mencapai
kesejahteraannya
ASAS
4
Untuk semua kategori sumber daya alam, kalau pengadaannya
sudah mencapai optimum, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan
penambahan sumberalam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas
maksimum ini tak akan ada pengaruh yang menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan
pengadaannya yang melampui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini
adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran
yang disebabkan oleh pengadaan sumberalam yang sudah mendekati
batas maksimum.
Asas
4 tersebut terkandung arti bahwa pengadaan sumberalam mempunyai batas optimum,
yang berarti pula batas maksimum, maupun batas minimum pengadaan sumberalam
akan mengurangi daya kegiatan sistem biologi.
Contoh:
Pada keadaan lingkungan yang sudah stabil, populasi hewan
atau tumbuhannya cenderung naik-turun (bukan naik terus atau turun terus).
Maksudnya adalah akan terjadi pengintensifan perjuangan hidup, bila
persediaan sumberalam berkurang. Tetapi sebaliknya, akan terdapat
ketenangan kalau sumberalam bertambah.
Untuk semua kategori sumberdaya alam
(kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya yang melampaui batas
maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk
banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh
pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas maksimum.
Pada asas ini mempunyai arti bahwa pengadaan sumber alam
mempunyai batas optimum, yang berarti bahwa batas maksimum maupun minimum
sumber alam akan mengurangi daya kegiatan sistem biologi. Dari sini dapat
ditarik suatu arti yang penting, yaitu karena adanya ukuran optimum pengadaan
sumber alam untuk populasi, maka naik turunnya jumlah individu populasi
itu tergantung pada pengadaan sumber alam pada jumlah tertentu.
ASAS
5
Pada
asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak
dapat menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua
sumber alam yang dapat menimbulkan rangsangan untuk dapat digunakan lebih
lanjut.
Contoh:
Suatu
jenis hewan sedang mencari berbagai sumber makanan. Kemudian didapatkan suatu
jenis tanaman yang melimpah di alam, maka hewan tersebut akan memusatkan
perhatiannya kepada penggunaan jenis makanan tersebut. Dengan demikian,
kenaikan sumberalam (makanan) merangsang kenaikan pendayagunaan.
ASAS
6
Individu
dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya,
cenderung berhasil mengalahkan saingannya.
Pengertian:
Asas
ini adalah pernyataan teori Darwin dan Wallace. Pada jasad hidup terdapat
perbedaan sifat keturunan Dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan
fisik atau biologi. Kemudian timbul kenaikan kepadatan populasinya sehingga
timbul persaingan. Jasad hidup yang kurang mampu beradaptasi akan kalah dalam
persaingan. Dapat diartikan pula bahwa jasad hidup yang adaptif akan mampu
menghasilkan banyak keturunan daripada yang non-adaptif.
Pada
asas ini berlaku “seleksi alam”, artinya bagi spesies-spesies yang mampu
beradaptasi baik dengan faktor biotik maupun abiotik, dia akan berhasil
daripada yang tidak dapat menyesuaikan diri. Dapat diartikan pula, spesies yang
adaptif akan mampu menghasilkan keturunan lebih banyak daripada yang non adaptif,
Sehingga individu-individu yang adaptif ini mempunyai kesan lebih banyak
merusak
ASAS
7
Kemantapan
keanekaragaman suatu komunitas lebihtinggi di alam yang “mudah diramal”.
Pengertian
:
“Mudah diramal” : : adanya keteraturan yang pasti pada pola
faktor lingkungan pada suatu periode yang relative lama. Terdapat fluktuasi
turun-naiknya kondisi lingkungan di semua habitat, tetapi mudah dan
sukarnya untuk diramal berbeda dari satu habitat ke habitat lain.
Dengan mengetahui keadaan optimum pada faktor lingkungan
bagi kehidupan suatu spesies, maka perlu diketahui berapa lama keadaan
tersebut dapat bertahan. Pada
asas ini arti kata “mudah diramal” ialah adanya keteraturan yang pasti pada
pola faktor lingkungan dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya fluktuasi
turun-naiknya kondisi lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan dan
sukar-mudahnya untuk diramal berbeda untuk semua habitat. Sehingga diharapkan
pada setiap lingkungan adanya penyebaran spesies yang berbeda-beda
kepadatannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan sedemikian rupa, maka akan
terjadi perubahan pengurangan individu yang sedemikian rupa sampai pada batas
yang membahayakan individu-individu spesies tersebut. Lingkungan yang stabil
secara fisik merupakan lingkungan yang mempunyai jumlah spesies yang banyak,
dan mereka dapat melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya tersebut (secara
evolusi). Sedangkan lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni
oleh spesies yang jumlahnya relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa komunitas
fauna dasar laut mempunyai keanekaragaman spesies terbesar, hal ini dijumpai
pada habitat yang sudah stabil sepanjang masa dan lama. Kemudian
diinterpretasikan oleh Slobodkin dan Sanders (!969) sebagai pengaruh lingkungan
yang mudah diramal (stabil). Maksudnya ialah semakin lama keadaan lingkungan
dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak keanekaragaman spesies yang
muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi. Menurut Pilelou
(1969) keadaan iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak saja
melahirkan keanekaragaman spesies yang tinggi, tetap juga akan menimbulkan
keanekaragaman pola penyebaran kesatuan populasi
ASAS
8
Sebuah
habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada
bagaimana niche dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
Pengertian:
Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai
oleh keadaan lingkungannya yang khas (niche), tiap spesies mempunyai niche
tertentu. Spesies dapat hidup berdampingan dengan spesies lain tanpa
persaiangan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan fungsi yang berbeda
di alam.
Pada asas ini menyatakan bahwa setiap spesies mempunyai
nicia tertentu, sehingga spesies-spesies tersebut dapat berdampingan satu sama
lain tanpa berkompetisi, karena satu sama lain mempunyai kepentingan dan
fungsi yang berbeda di alam. Tetapi apabila ada kelompok taksonomi yang terdiri
atas spesies dengan cara makan serupa, dan toleran terhadap lingkungan yang
bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan tersebut hanya akan
ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.
ASAS
9
Keanekaragaman
komunitas sebanding dengan biomassa dibagi produktivitas.
T
= K x (B/P) ; D ≈ T
T
= waktu rata-rata penggunaan energi
K
= koefisien tetapan
B
= biomassa
P
= produktivitas
D
= keanekaragaman
Pengertian:
Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran
energidalam sistem biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas
organisasi sistem biologi dalam suatu komunitas.
Pada
asas ini menurut Morowitz (1968) bahwa adanya hubungan antara biomassa, aliran
energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.
ASAS
10
Pada
lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan produktivitas (B/P)
dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.
Pengertian:
Sistem biologi menjalani evolusi yang Mengarah kepada
peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan
memungkinkan berkembangnya keaneka-ragaman.
Dalam asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami
evolusi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam
lingkungan fisik yang stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman.
Dengan kata lain kalau kemungkinan produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh
energi matahari yang masuk kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan
biomassa masih dapat meningkat dalam perjalanan waktu, maka jumlah energi yang
tersedia dalam sistem biologi itu dapat digunakan untuk menyokong biomassa yang
lebih besar. Apabila asas ini benar, maka dapat diharapkan bahwa dalam
komunitas yang sudah berkembang lanjut pada proses suksesi, rasio biomassa
produktivitas akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan komunitas yang masih
muda. Pada kenyataan di alam memang demikian, sebab spesies bertambah, dan
ditemukan pula tumbuhan berkayu sehingga diperoleh stratifikasi.
Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat
tetap muda dengan jalan memperlakukan fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada
komunitas buatan lahan pertanian dengan jalan mengambil daun-daunannya untuk
makanan hewan.
ASAS
11
Sistem
yang sudah mantap (dewasa) akan mengekploitasi yang belum mantap (belum
dewasa).
Pengertian:
Ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa
memindahkan energi, biomasa, dan keanekaragaman dari tingkat organisasi
yang belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi, dan keanekaragaman
mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih
kompleks. (Dari subsistem yang rendah keanekara-gamannya subsistem yang tinggi
keanekaragamannya).
Arti dari asas ini adalah pada ekosistem,
populasi yang sudah dewasa memindahkan energi, biomassa, dan
keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa. Dengan kata lain,
energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke
arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah
keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya
ASAS
12
Kesempurnaan
adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada kepentingan relatifnya dalam
keadaan suatu lingkungan.
Pengertian:
Populasi dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi
terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi dalam
ekosistem yang sudah mantap. Populasi dalam lingkungan dengan kemantapan fisiko
kimia yang cukup lama, tak perlu berevolusi untuk meningkatkan kemampuannya
beradaptasi dengan keadaan yang tidak stabil.
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila
pemilihan (seleksi) berlaku, tetapi keanekaragaman terus meningkat di
lingkungan yang sudah stabil, maka dalam perjalanan waktu dapat diharapkan
adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat adaptasi terhadap lingkungan. Jadi,
dalam ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan ) yang sudah
stabil, sifat responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak terduga
ternyata tidak diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku
dan biokimia lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Evolusi pada
lingkungan yang sukar ditebak perubahan faktor alamnya cenderung memelihara
daya plastis anggota populasi. Sedangkan evolusi pada lingkungan yang mantap,
beranekaragam secara biologi cenderung menggunakan kompleksitas itu untuk
bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam perubahan.
Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah
strategi evolusi yang terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi
lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa populasi pada ekosistem yang belum
mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan
dengan populasi pada ekosistem yang sudah mantap.
ASAS
13
Lingkungan
yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman
biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan
kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada
komunitas yang mantap, jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem
meningkat, sehingga apabila terjadi suatu goncangan pada salah satu jalur, maka
jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian komunitas masih tetap
terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu
syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan
mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap dan komunitas yang mantap
mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini ada hubungan antara
kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.
ASAS
14
Derajat
pola keteraturan naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah keturunan dalam
sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya
keanekaragaman yang tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum
mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi yang tinggi.
Ciri-Ciri
Lingkungan/ Komunitas yang Mantap:
• Jumlah jalur energi yang masuk
melalui ekosistem meningkat (banyak)
• Lingkungan fisik mantap
(mudah“diramal”)
• Sistem control umpan balik
(feedback) komunitas sangat kompleks
• Efisiensi penggunaan energi
• Tingkat keanekaragaman tinggi
BAB III
MAIN MAP
3.1 Main
MAP
Main
map dalam pembutan tugas makalah mengenai sumber daya
alam dibuat untuk memudahkan dalam pemahaman megenai pembahasan tentang sumber
daya alam. Agar lebih mudah jika dijelaskan maka disajikan dalam bentuk main map Berikut adalah main map dari sumber daya alam:
Gambar 3.1 Main
Map
Penjelasan
Main map
Sumber daya alam (SDA)
adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di bumi
dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam
yang dapat diperbaharui (renewable resource) Adalah jenis sumber daya alam yang
tidak bisa habis kerena terus mengalami proses pembaharuan dalam kurun waktu
yang cukup singkat.
Sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui sumber daya alam jenis ini jumlahnya relatif statis
karena proses pembentukan kembali sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui biasanya akan memakan waktu sampai ribuan bahkan jutaan tahun. sumber daya alam
penghasil energi merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber daya alam penghasil bahan baku
merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan baku
industri.
Kerusakan sumber daya alam karena ulah manusia
umumnya diakibatkan karena pengelolaan yang tidak tepat dan tanpa perhitungan.
Pengelolaan pertanian dan perikanan yang tidak tepat dan tanpa mengindahkan
kelestarian alam akan sangat mengganggu kelestarian sumber daya alam. Pertanian
dengan sistem ladang berpindah serta penggunaan alat-alat berbahaya dalam
penangkapan ikan adalah salah satu faktor yang dapat mengancam kelangsungan
sumber daya alam. Perkembangan teknologi dan industri, selain membawa banyak
manfaat, juga dapat mengancam kelangsungan sumber daya alam di bumi. Selain
disebabkan karena ulah manusia, kerusakan sumber daya alam juga dapat
disebabkan karena bencana alam.
BAB IV
STUDI KASUS DAN
ANALISIS
Studi
Kasus
Lebih dari sepertiga penduduk dunia tak
tercukupi kebutuhannya akan air
bersih, baik untuk air
minum maupun sanitasi. WHO menetapkan jumlah minimun air bersih yang harus tersedia untuk hidup
sehat adalah 2000 m3 per orang per tahun.
Sekitar 40 negara di dunia ada di bawah angka tersebut. Wilayah
Indonesia sendiri juga mengalami kondisi kekurangan air,
khususnya daerah di pulau Jawa. Data dari data Bappenas tahun 2006, pulau jawa
berada dalam kondisi kritis air. Jakarta merupakan salah satu kota yang tidak
dapat memenuhi ketersediaan air
bersih untuk warganya. Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, tidak ada
satupun yang dapat dikonsumsi sebagai air
bersih. Satu-satunya sumber air
bersih di Jakarta adalah Waduk Jati Luhur.
4.2 Analisis
Air
adalah suatu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia.
Populasi manusia yang terus berkembang meningkatkan pula kebutuhan air bersih, dan pemanfaatan sumber daya air terus meningkat di semua tempat di
bumi. Pemanfaatan yang terus meningkat tersebut antara lain menimbulkan pula
kelangkaan akan air bersih
Kelangkaan air memaksa orang untuk
mengandalkan sumber air minum yang tidak aman. Ini juga berarti mereka tidak bisa mandi atau
membersihkan pakaian mereka atau rumah dengan benar. Berikut ini penyebab
dari kelangkaan air bersih.
1. Meningkatnya kebutuhan dan permintaan akibat
meningkatnya jumlah populasi manusia.
Peningkatan jumlah populasi manusia
sangat bepengaruh terhadap daya dukung lingkungannya. Daya dukung lingkungan
adalah kemampuan suatu lingkungan memberikan sumber daya alam kepada makhluk
hidup yang hidup didalamnya secara normal. Salah satunya adalah sumber daya air. Ketersediaan sumber
daya alam dilingkungan ini terbatas. Bila sumber daya alam dimanfaatkan secara
terus menerus semakin lama akan semakin habis. Dengan demimian peningkatan
kepadatan populasi manusia yang tampa batas,suatu saat akan melewati batas daya
dukung lingkungan. Peningkatan Populasi yang ada dibumi ini tentunya meningkatkan
kebutuhan dan permintaan akan air bersih. Populasi bertambah tetapi sumber daya air bersih tidak
bertambah malah tercemar.
2. Meningkatnya pencemaran air
Pencemaran air adalah masuknya
polutan berupa zat cair dan padat kedalam ekosistem perairan. Pencemaran air oleh bahan kimia
dapat menyebabkan matinya makhluk hidup yang hidup didalamnya. Bila makhluk
hidup perairan seperti ikan termakan oleh manusia,maka dapat mengakibatkan
keracunan bahkan mengakibatkan kematian. Berbagai macam polutan yang mencemari
perairan diantaranya deterjen, insektisida, minyak bumi, pupuk, logam
berat,sisa-sisa bahan organik dan sampah. Penggunaan pupuk buatan yang
berlebihan juga dapat mengganggu ekositem air. Sisa pupuk buatan dalam air akan memicu pertumbuhan tumbuhan air atau ganggang dengan cepat. Pertumbuhan tumbuhan air atau ganging itu akan
menghalangi masuknya cahaya matahari kedalam perairan. Pesatnya pertumbuhan
tumbuhan air juga dapat memicu
terjadinya pendangkalan sungai yang mempercepat rusaknya bendungan serta
mempermudah terjadinya banjir. Pembuangan sampah sembarangan kedalam aliran air juga salah satu
pencemaran air yang mengakibatkan
kelangkaan air bersih. Sumber
pencemaran yang sangat besar berasal dari manusia, dengan jumlah 2 milyar ton
sampah per hari, dan diikuti kemudian dengan sektor industri dan perstisida dan
penyuburan pada pertanian.
3. Berkurangnya air tanah
Sebagian besar kebutuhan manusia akan air diambil dari air tanah dalam melalui
sumur artesis, baik untuk kepentingan industri, pertanian, maupun perkotaan.
Hal ini terutama terjadi di negara maju dan negara yang mengalami
industrialisasi yang pesat. Karena air tanah dalam tersebut sangat lama untuk terbarui, maka seringkali kecepatan
pemakaiannya lebih tinggi dari perbaruannya. Apabila air dari akuifer tersebut
disedot sampai habis, maka kekosongan saluran akuifer dapat menyebabkan
kerusakan dan kelongsoran yang tak terperbaiki kembali. Hal tersebut banyak
terjadi di negara seperti Amerika Serikat yang banyak menggunakan cadangan airtanah dalam untuk
pertanian maupun keperluan domestik. Konsekuensi lain dari pengurasan air tanah dalam adalah
intrusi air laut ke arah daratan.
4. Penggundulan Hutan
Aksi liar penggundulan hutan juga
merupakan faktor utama penyebab kekeringan dan kelangkaan air bersih. Kawasan hutan
yang selama ini menjadi daerah tangkapan air (catchment area) telah rusak karena penebangan liar. Laju kerusakan
di semua wilayah sumber air semakin cepat, baik karena penggundulan di hulu maupun pencemaran di
sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai). Kondisi itu akan mengancam fungsi dan
potensi wilayah sumber air sebagai penyedia air bersih.
Solusi yang harus dilakukan dalam
mengatasi kelangkaan air bersih antara lain:
1. Mengatur pemanfaatan air tanah yang disertai
dengan pengawasan yang ketat.
2. Pemberian surat IMB
(Izin Mendirikan Bangunan) harus di sertai dengan kewajiban penyediaan lahan
terbuka, dan kewajiban memperbaiki kualitas dan mengembalikan tata guna air
sesuai dengan pemanfaatan.
3. Setiap bangunan di
wajibkan membuat sumur resapan sehingga dapat meningkatkan cadangan air.
4. Menanam pohon
sebanyak-banyaknya, atau melakukan reboisasi di hutan-hutang yang gundul.
5. Tidak membuang sampah
sembarangan.
6. Menghemat pemanfaatan air bersih.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penyelesaian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan,
yaitu:
1. kerusakan alam dindonesia cukup parah
mengakibatkan kelangkaan pada air bersih. Sehingga volume air bersih berkurang.
2. Penyebab yang membuat
terjadinya kelangkaan air bersih yaitu:
a. Meningkatnya kebutuhan dan permintaan akibat
meningkatnya jumlah populasi manusia.
b. Meningkatnya pencemaran air
c. Berkurangnya air tanah
d. Penggundulan Hutan
3. Solusi dari kelangkaan
air bersih yitu:
a. Mengatur pemanfaatan
air tanah yang disertai dengan pengawasan yang ketat.
b. Pemberian surat IMB
(Izin Mendirikan Bangunan) harus di sertai dengan kewajiban penyediaan lahan
terbuka, dan kewajiban memperbaiki kualitas dan mengembalikan tata guna air
sesuai dengan pemanfaatan.
c. Setiap bangunan di
wajibkan membuat sumur resapan sehingga dapat meningkatkan cadangan air.
d. Menanam pohon
sebanyak-banyaknya, atau melakukan reboisasi di hutan-hutang yang gundul.
e. Tidak membuang sampah
sembarangan.
f. Menghemat pemanfaatan
air bersih.
Saran
Melihat kasus yang terjadi diindonesia ini
memang disayangkan, indonesia yang dikenal dengan negara maritim atau negara
kelautan tenyata untuk mendapatkan air bersih saja susah, untuk itu sebagai
manusia kiat harus peduli, ramah serta melestarikan sumber daya alam agar tidak
terjadi bencana lebih parah lagi. Untuk itu kita harus menjaga serta
melestariakan sumber daya alam yang kita miliki agar tetap bisa digunakan
sampai kapan pun.
Demikian makalah ini dibuat untuk dapat memberikan informasi kepada pembaca untuk
dapat melestarikan alam. Untuk itu penulis meharapkan kritik dan saran
membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bandung Tentang
Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan.Bandung
Anonim, 2005. Rancangan undang-Undang Pengelolaan
Sampah, Kementrian
Lingkungan Hidup. Jakarta
Anonim, Undang-undang No 23 Tahun 1997: Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta
Anonim, 2005. Sampah Bandung Terancam tidak terangkut:
Artikel Harian Umum Pikiran Rakyat tanggal 22 Februari 2005. Bandung.
Anonim, 2007, Menanggani Sampah Kota Bandung:
Artikel Harian Sindo tanggal 31 Mei 2007. Jakarta.
Anonim,
1997, Ringkasan Agenda 21 Indonesia (Strategi Nasional untuk Pembangunan
Berkelanjutan), Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, United Nations
Development Program.
Catenese,
A.J. and Sayder, J.C., 1988, Perencanaan Kota, Wahyudi (Ed.), Edisi ke-II,
Erlangga, Jakarta.
Sastrawijaya,
A.T., 2000, Pencemaran Lingkungan, Cet. II, Rineka Cipta, Jakarta.
Sipardi,
I, 2003, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, Cet. II, Alumni, Jakarta.
Soeriaatmadja,
R.E., 1989, Ilmu Lingkungan, Edisi ke-IV, ITB, Bandung.
Suripin,
2002, Pelestarian Sumber Daya tanah dan Air, ANDI, Yogyakarta.
Tandjung,
S.D., 1999, Pengantar Ilmu Lingkungan, Laboratorium Ekologi, Fakultas Biologi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi